Solo, 12 Agustus 2024 – Jumlah perusahaan konsultan komunikasi dan kehumasan strategis di luar Jakarta masih sangat sedikit. Hal ini menjadi sorotan namun sekaligus merupakan kesempatan besar bagi lulusan pendidikan ilmu komunikasi di luar Jakarta, sebagaimana dibahas dalam diskusi daring bertajuk “Membaca Peluang Bisnis Komunikasi di Daerah” yang diselenggarakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan menghadirkan Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).
“Kebutuhan akan layanan konsultasi komunikasi dan kehumasan yang profesional bagi berbagai pihak terbukti semakin meningkat, seiring dengan kesadaran yang semakin tinggi akan pentingnya fungsi dan peran public relations. Jumlah konsultan tidak sebanding dengan jumlah pekerjaan yang berpotensi membutuhkan jasa mereka. Oleh karena itu, Indonesia membutuhkan lebih banyak konsultan PR yang bekerja di seluruh nusantara dan bukan saja terpusat di Jakarta,” demikian jelas Sari Soegondo, Ketua Umum APPRI. Ia mengatakan dari 47 anggota APPRI yang mengisi survei awal tahun 2024 lalu, sebanyak 37 di antaranya beroperasi dari Jakarta, 9 perusahaan berasal Pulau Jawa, dan hanya 1 perusahaan yang berlokasi di luar Jawa.
Mempertimbangkan begitu besarnya potensi untuk mengembangkan jejaring perusahaan konsultan PR di luar Jakarta, UNS menggugah lulusan program magisternya untuk memulai bisnis konsultan PR di wilayah Solo Raya, Yogyakarta dan Jawa Tengah secara luas. “Dunia akademik perlu terhubung dan belajar dari para praktisi, asosiasi bisnis, serta asosiasi profesi, mengenai seluk beluk bagaimana cara mendirikan bisnis komunikasi, termasuk dan terutama untuk memulai operasi sebuah firma PR,” ungkap Dr. Andre Noevi Rahmanto, S.Sos., M.Si. dosen pengajar Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS.
Lebih lanjut, Sari Soegondo yang juga adalah salah satu pendiri dan saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif ID COMM, juga memberikan panduan praktis bagi calon pemilik usaha konsultan PR. “Terdapat 3 syarat dasar yang perlu diperhatikan, yaitu mengetahui kebutuhan pasar, memahami nilai unik yang bisa kita tawarkan untuk menjawab kebutuhan pasar tersebut, dan menguasai peta persaingan di wilayah kerja,” urai Sari. Ia juga menegaskan bahwa sangat penting untuk merumuskan alasan mengapa kita akan memulai sebuah bisnis. “Jika kita dapat berpegang pada hasil kontemplasi diri ‘why am I doing this?’, maka usaha yang dijalankan akan menapak kuat pada aspirasi terdalam tersebut, dan menjadikannya berkelanjutan secara jangka panjang,” imbuhnya.
Dalam diskusi tersebut, APPRI dan UNS membahas layanan apa yang paling dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan di wilayah Jawa Tengah. “Bisa jadi, jasa layanan PR paling dicari adalah di sektor pariwisata, atau justru oleh perusahaan-perusahaan rintisan yang digawangi oleh generasi muda, atau mungkin sektor layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, keuangan dan masih banyak lagi. Potensi pasar seperti ini lah yang harus kita eksplorasi,” cetus Andre.
Pada kesempatan ini Sari juga mengingatkan akan 5 (lima) tantangan yang dihadapi konsultan PR saat ini. Pertama, kewajiban untuk mendidik masyarakat bisnis atau calon klien mengenai fungsi dan peran PR yang sebenarnya. Ini berarti meningkatkan kesadaran mereka bahwa PR bukan semata sebagai pencipta citra tetapi sesungguhnya merupakan bagian dari fungsi manajemen strategis dan bagian dari praktik pemasaran yang menyeluruh; Kedua, kemampuan untuk memahami kebutuhan dan kondisi klien secara cepat dan tepat, mampu beradaptasi dan senantiasa menyesuaikan usulan strategi komunikasi dengan dinamika klien; Ketiga, tidak lelah untuk terus belajar, mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan baru, menguasai teknologi, serta menjadikan dirinya terus relevan dengan kemajuan zaman; Keempat, mampu menangani tekanan kerja tinggi dan melakukan multitasking secara efektif; Kelima, memastikan penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan kerja yang merata di antara seluruh anggota tim – untuk memastikan kualitas layanan yang terstandar baik dan berkelanjutan.
Melalui diskusi ini, UNS berupaya berupaya menciptakan peluang baru bagi lulusannya serta memperkuat sektor komunikasi di Jawa Tengah.
*****
Tentang APPRI
Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) adalah induk organisasi bagi perusahaan Public Relations yang didirikan dan beroperasi di Indonesia. APPRI berdiri kokoh dan tumbuh bersama industri kehumasan Tanah Air sejak 1987, dengan misi untuk menjadikan anggotanya berdaya saing internasional. Saat ini terdapat 60 perusahaan dari seluruh Indonesia yang tergabung sebagai anggota APPRI.
Narahubung:
Bhayu Sugarda
Humas APPRI
No. HP: +62 815-1384-1162