Praktisi PR : Infodemik Covid-19 Lebih Berbahaya Dibanding Pandemik dan Memicu Kepanikan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kecepatan dan tingkat misinformasi dan disinformasi yang beredar di arena publik telah mencapai level Infodemik.
Peran para praktisi Kehumasan atau Public Relations (PR) diperlukan untuk memandu komunikasi publik agar bisa membantu mengurangi kepanikan massal yang terjadi di masyarakat.
Infodemik adalah kondisi dimana terlalu banyak informasi menyebar dengan cepat namun tidak akurat dan cenderung negatif.
“Infodemik ini bisa lebih berbahaya daripada pandemik.
Bahayanya adalah kepanikan massal yang tidak perlu, sehingga pada akhirnya merugikan kita sendiri.
Jadi ada panic buying terhadap masker, vitamin, oksigen.
Barang menjadi langka dan harga meningkat tajam,” kata Jojo S Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) usai penganugerahan penghargaan Tokoh PR Berpengaruh dari MAW Talks Awards secara daring belum lama ini.
Menurutnya, kondisi saat ini masyarakat justru butuh kewarasan berpikir karena kabar buruk terus melanda.
Angka korban Covid-19 yang sebelumnya terlihat sebagai angka statistik kini menjadi lebih nyata dan relevan karena yang wafat kini adalah orang-orang terdekat.
Perasaan gelisah dan takut ditambah ketidaktahuan harus melakukan apa dan dengan cara apa, diperparah dengan asupan informasi salah dan negatif yang membludak.
“Ini tidak bisa dibiarkan dan harus dilawan dengan fakta yang benar dan positif.
Berita yang salah dan negatif kalau bertubi-tubi datang tanpa dikoreksi maka akan dianggap masyarakat sebagai kebenaran.
Padahal kecemasan dan khawatir masyarakat harus dikelola agar imunitas tidak turun,” tegas pria yang juga Managing Director Imogen PR ini.
Dikatakannya, peran para praktisi kehumasan atau PR sangat penting untuk membantu agar penyebaran informasi hoax terkait isu Covid-19 bisa terhenti dengan memahami dan memverifikasi sumber, dan kemudian memberikan klarifikasi lewat medium yang diakses masyarakat.
Selain itu, memberikan literasi media agar masyarakat bisa memilah dan menvalidasi informasi agar tidak terbawa arus propaganda hoax.
Beberapa poin yang bisa dipertimbangkan masyarakat misalnya, mencari sumber yang dapat dipercaya, menghindari berita dengan sumber tunggal dan melakukan kroscek ke sumber terkait atau media-media nasional yang terpercaya.
“Biasakan mengidentifikasi dan berpikir kritis — apakah sumbernya kredibel? verifikasi dan lakukan kroscek materi melalui berbagai sumber.
Waspada namun tidak perlu panik,” tegasnya.
Peran media massa sebagai kontrol sosial juga seharusnya berjalan agar Infodemik dapat diredam.
Media harus menyajikan informasi yang netral dan terpercaya serta tidak membuat panik massa.
Tokoh-tokoh PR juga harus ikut membantu menggiring narasi yang menenangkan publik,” ujar satu dari 10 Tokoh PR Berpengaruh versi MAW Talks Awards 2021 ini.
MAW Talks Awards 2021 memilih 10 Tokoh PR Berpengaruh dari ratusan kandidat dengan kriteria melahirkan inovasi yang cukup penting dan signifikan di bidang PR selama setahun terakhir.
Ke 10 tokoh tersebut adalah VP Corporate Communication PT Pegadaian (Persero) Basuki Tri Andayani, VP Corporate Communication PT Telkomsel Denny Abidin, President of IABC Chapter Indonesia Elvera N Makki, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono.
Kemudian VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman, VP Corporate Communication PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk Pujo Pramono, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo Suharjo Nugroho, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Widyawati, SVP Corporate Communication PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana.
Para tokoh yang terpilih pada ajang ini adalah para sosok berpengaruh yang mempergunakan hati dalam setiap karya, tindakan, dan cara berkomunikasi.