Belajar Manajemen Krisis dari Drama Klub Celeng di Goa Thailand
Kisah Penyelamatan “Tim Celeng” yang Menawan
Demam Piala Dunia di Rusia 2018 beberapa waktu lalu punya kisah sampingan yang terjadi di Asia Tenggara. Kisah ini berawal pada 23 Juni 2018, saat tim Korea Selatan berlaga melawan tim Meksiko di World Cup. Saat bersamaan, 12 anak remaja tim sepak bola Moo Pa alias Babi Hutan atau Celeng di kawasan pegunungan Doi Nang Non, Thailand Utara, dekat dengan perbatasan Myanmar ingin melakukan latihan yang tak biasa. Yakni, masuk ke gua dengan didampingi oleh asisten pelatih, Ekapol Chantawong. Kebetulan salah satu dari mereka sedang berulang tahun dan Ekapol sudah membeli makanan yang akan mereka santap bersama di dalam gua.
Singkat cerita, mereka terjebak di dalam gua selama sembilan hari akibat mulut gua tertutup air dari curahan hujan musim Moonson yang deras dan berlangsung berjam-jam. Misi penyelamatan awalnya diperkirakan mustahil diselesaikan dengan cepat. Skenario terburuk: tiga bulan. Menunggu selesainya musim Moonson.
Syukurlah pada hari kesepuluh sejak mereka terjebak di dalam gua, dua penyelam asal Inggris berhasil menemukan lokasi mereka. Lokasi yang sangat sulit membuat proses penyelamatan pun tak serta merta bisa memindahkan ke-12 anggota tim tapi melalui beberapa tahap dalam beberapa hari. Mereka masuk terowongan 23 Juni. Ditemukan penyelam Inggris 2 Juli dan evakuasi terakhir pada 10 Juli siang. Seorang penyelamat menjadi korban dalam misi ini.
Kisah heroik penyelamatan Tim Celeng di jalur gua yang memang sulit dijangkau dan penuh risiko itu pun viral, sehingga membuat para pesohor bola dunia sekelas Harry Kane dan Lionel Messi ikut berkomentar. FIFA bahkan awalnya ingin mengundang mereka menyaksikan final Piala Dunia secara langsung di Moskow. Kyle Walker, bintang timnas Inggris minta alamat untuk mengirim jersey tim Inggris. Rupanya, salah satu remaja tersebut ternyata mengenakan kaus tim nasional Inggris.
Apa sebenarnya yang membuat perhatian dunia ikut hanyut pada kisah penyelamatan ini? Padahal anak-anak remaja dan asisten pelatih ini tidak punya “nilai jual”, pun begitu dengan kawasan pegunungan Doi Nang Non bukanlah tempat wisata terkenal. Faktor kemanusiaan tentu yang paling menarik dari kisah ini.
Koridor Komunikasi
Sebagai PR, salah satu pelajaran yang bisa kita petik adalah tentang manajemen krisis yang dilakukan dengan sangat baik oleh Angkatan Laut Thailand sebagai penanggungjawab proses penyelamatan ini. Kita belajar bahwa hal paling penting dalam krisis manajemen adalah menetapkan satu koridor komunikasi. Dalam kasus ini, tak ada berita atau informasi yang bisa keluar dari kawasan gua itu kecuali dari AL Thailand meski sekadar no comment sekalipun. Namun, begitu ada informasi yang perlu disampaikan, mereka akan segera memberitahukannya kepada ratusan wartawan dari penjuru dunia yang diminta menunggu agak jauh dari mulut gua. Bahkan mereka juga membuatnya dalam bentuk bergaya storytelling lewat akun facebook page mereka, THAI NAVY SEAL, secara rutin.
Yang paling menonjol adalah proses evakuasi anak-anak ini berjalan dengan tanpa mengumumkan nama mereka sama sekali dan hanya menyebutkan bocah-bocah ini sebagai Celeng 1 hingga Celeng 12. Disesuaikan dengan urutan penyelamatan. Mirip kode rahasia dalam operasi militer. Di rumah sakit ibukota provinsi Chiang Rai pun nama-nama asli mereka disembunyikan. Diganti celeng nomor sekian. Tujuannya, agar para orangtua yang sedang menunggu tidak panik bila mengetahui anaknya masih berada di dalam gua atau protes kenapa anaknya harus terakhir dievakuasi.
Sebagai bagian dari rasa terima kasih, Thai Navy Seal ini membuat semacam karikatur proses penyelamatan ‘celeng-celeng’ ini dalam bentuk lambang binatang-binatang. Misalnya untuk anak-anak yang diselamatkan digambarkan sebagai anak-anak babi hutan, sementara Komandan Operasi Penyelamatan Narongsak Osottanakorn dalam bentuk Gajah Putih, tim penyelamat dari Australia digambarkan sebagai Kanguru. Dari Amerika sebagai Elang, dan dari Inggris disebut Singa. Bahkan Elon Musk (meski kapal selam mininya tak jadi dipakai) digambarkan dalam bentuk topeng superhero Iron Man. Semua digambarkan dalam bentuk karikatur yang lucu.
Sebuah happy ending yang nyaris sempurna dalam balutan story telling yang ringan dan sangat kreatif! Akhirnya, krisis ini bisa dilewati oleh Angkatan Laut Thailand dengan tenang, manajemen yang terstruktur dan terukur, serta publikasi yang terkontrol dalam satu komando dan dibalut dengan gaya story telling yang apik dan ringan. Padahal ini adalah kisah pertaruhan nyawa anak dan regu penyelamat. Militer Thailand telah membuktikan bahwa faktor kemanusiaan adalah segala-galanya dan itu dijalankan dengan bentuk tindakan public relations yang sungguh menawan! ขอแสดงความยินดี!
Arief Tritura, Imogen PR