Sejarah perkembangan Public Relations (PR) di Indonesia secara konsepsional terjadi pada 1950-an. Perkembangannya di Indonesia bergerak mengikuti kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Para pakar PR setuju PR secara otentik berlaku di Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Seiring berjalannya waktu pemerintah makin menyadari perlunya rakyat mengetahui segala perkembangan yang terjadi terkait pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Dimana saat itu Indonesia baru memindahkan pusat ibukota dari Yogyakarta ke Jakarta dan tentu saja proses pembenahan structural serta fungsional dari tiap-tiap elemen marak dilakukan pemerintah. Berawal dari pemikiran tersebutlah maka kegiatan PR mulai dilembagakan dengan menggunakan istilah Hubungan Masyarakat (humas) karena kegiatannya dilakukan lebih banyak keluar organisasi.
Pada 1952, perusahaan asing di Indonesia yaitu Stanvac Indonesia (milik Belanda-Amerika) menggunakan PR untuk mendekati pemerintah Indonesia. Selanjutnya pada 1954 Garuda Indonesia Airways mulai mengembangkan unit kegiatan PR. Kegiatan tersebut diikuti oleh Mabes Polri dan beberapa instansi terkait sejak 1955. Pertamina adalah perusahaan Minyak swasta pertama di Indonesia yang menggunakan PR. Di tahun 60-an, istilah “purel” sebagai akronim PR makin populer ketimbang term “humas”. Lalu pada 1962, presidium Kabinet PM Juanda menginstruksikan agar setiap instansi membentuk divisi humas, tahun inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya PR di Indonesia.
Semakin banyaknya perusahaan atau instansi yang menyadari fungsi PR untuk mencapai tujuan mereka sebagai bagian dari strategi manajemen maka tumbuh subur pulalah perusahaan-perusahaan PR di Indonesia yang menyediakan layanan konsultasi PR, implementasi, monitoring dan evaluasi bagi kegiatan-kegiatan PR.
10 April 1987 dengan berlatarbelakang untuk melindungi perusahaan-perusahaan PR Indonesia agar dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, beberapa tokoh PR di Indonesia yang memiliki perusahaan PR diantaranya yaitu Inke Maris, Maria Wongsonagoro, Miranty Abidin, Edowati Sudjono, Srikandi Hakim, Sayono, Ida Sudoyo sepakat untuk mendirikan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).
Tahun 2015 pengurus APPRI meletakkan kembali dasar-dasar pemikiran para pendiri APPRI yang disesuaikan dengan perkembangan dan kepentingan industri. Terutama dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA). Untuk mewujudkan cita-cita APPRI yaitu melindungi dan mendorong kemajuan serta keahlian anggotanya sehingga dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan bersaing di dunia Internasional, APPRI akan bekerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan industri PR di Indonesia seperti pemerintah, media, maupun lembaga-lembaga Humas lainnya baik di dalam maupun luar negeri.
Untuk mewujudkan cita-cita APPRI yaitu melindungi dan mendorong kemajuan serta keahlian anggotanya sehingga dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan bersaing di dunia Internasional, APPRI akan bekerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan industri PR di Indonesia seperti pemerintah, media, maupun lembaga-lembaga Humas lainnya baik di dalam maupun luar negeri.