Perjalanan Sang Penyiar Legendaris dan PR Guru Indonesia
Saat TV Nasional hanya ada TVRI, namanya sudah terkenal di seantero negeri sebagai penyiar program berita andalan TVRI, Dunia Dalam Berita dan satu-satunya penyiar program khusus siaran berbahasa Inggris English News Service. Disana ia seringkali mewancarai berbagai tokoh terkemuka berkaliber dunia dan nasional selama tahun 1982-2001.
Orang mengenalnya dengan nama popular Inke Maris. Namun sebenarnya putri dari Diplomat Rd Yusuf Natanegara dan Mira Natanegara ini bernama lengkap Nyi Rd Maria Dinariati Natanegara. Ayahnya pernah ditugaskan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Jerman, Inggris, dan Uni Soviet. Jadilah Inke menguasai aktif bahasa Inggris dan Jerman, serta bahasa Belanda (pasif) karena banyak mengenyam kehidupan dan sekolah di luar negeri semenjak kecil.
Keahliannya sebagai reporter dan ahli komunikasi massa dibangun sejak dia menyandang gelar MA dari Center for Mass Communications Research University of Leicester Inggris. Selepas menyelesaikan kuliah di tahun 1970, Inke menapaki karir jurnalistiknya dari media radio ikon Inggris yang dihormati diseluruh dunia, BBC.
Inke bekerja di radio BBC, Bush House, Aldwych, London selama belasan tahun antara 1969-1981, sebagai reporter, penyiar, dan produser BBC World Service Indonesian Section. BBC World Service adalah program radio yang dipancarkan dalam 45 bahasa, salah satunya bahasa Indonesia. Sebagai penyiar Inke Maris memproduksi acara-acara yang membahas masalah ekonomi, perdagangan dan aspek-aspek kehidupan sosial dan kelembagaan di Inggris. Ia juga memiliki acara mingguan “Ekonomi dan Perdagangan” (Economics and Trade), “Tamu Anda” dan “Inggris Dewasa Ini” (Britain Today).
Ketika bekerja di radio BBC London ia sering dimintakan bantuan oleh kedutaan untuk menyelenggarakan acara, bahkan membawa rombongan penari ke festival-festival tari di Inggris. Dalam keterlibatannya, ia biasanya bertugas di bidang komunikasi untuk menggalang liputan yang bagus dari media massa di London.
Sebagai diplomat, ayahnya yang pernah menjabat Kepala Bagian Ekonomi dan Perdagangan KBRI London dan Moscow, sangat menanamkan semangat dan rasa cinta tanah air. Inke dididik harus menguasai berbagai hal tentang Indonesia termasuk seni-budaya Indonesia. Karena sebagai anak diplomat Inke selalu ikut ditanya mengenai negaranya.
Di tahun 1979, Inke juga diminta mendampingi Ibu Tien Soeharto pada kesempatan kunjungan kenegaraan Presiden RI ke Inggris. Inke menterjemahkan percakapan Ibu Tien dengan Ratu Inggris dan suaminya The Duke of Edinburgh, juga dengan Pangeran Charles.
Beragam pengalaman itu ikut membentuk Inke menjadi sangat suka menggeluti bidang komunikasi, khususnya Public Relations (PR).
Karena kecintaannya terhadap tanah air, sekaligus memelihara ikatan batin sesama warga bangsa, Inke menambah pekerjaan sampingan sebagai koresponden harian “Sinar Harapan”, antara tahun 1976-1982. Inke mengakhiri karir di BBC London tahun 1982 karena harus kembali ke Indonesia mengikuti suaminya Rizal Maris, yang menikahinya di London tahun 1969.
Setiba di Indonesia Inke dikenal sebagai penyiar yang sangat fasih berbahasa Inggris. Karena itu ketika di Bandung diadakan Konperensi Asia Afrika, Inke menterjemahkan live on air pidato-pidato para Presiden dan Perdana Menteri. Ketika di TVRI ditahun 1980-an pula ia diminta untuk menjadi interpreter untuk Ibu Tien Soeharto, dan mendampingi Ibu Negara ketika menerima tamu Negara Raja Husain dan Ratu Jordania, menerima Presiden Amerika Serikat dan istri, Ronald dan Nancy Reagan, juga ketika Presiden RI menerima penghargaan dari FAO di Roma atas keberhasilan Indonesia dalam swasembada beras, dan Bertemu Rajiv dan Sonia Gandhi.
Dia pun kerap kali muncul secara eksklusif mewawancarai tokoh-tokoh, khususnya tamu kenegaraan yang berkunjung ke Indonesia. Sebelum tamu tiba, wajah Inke biasanya sudah lebih dahulu hadir membawakan berita features dan dokumenter, berisikan biografi dan ketokohan tamu berikut profil negara asalnya.
Pengondisian seperti itu secara sangat mengesankan pernah dilakukan Inke terhadap PM Inggris, Margareth Thatcher, yang akan berkunjung ke Indonesia tahun 1984. Ia membuat film dokumenter berjudul “Inggris Dewasa Ini”.
Dari kiprah demikian itulah karir Inke berkembang. Ia kemudian dipercaya mencari sendiri narasumber terkemuka, untuk diwawancara secara esklusif dari Menteri-Menteri, Perdana Menteri hingga Presiden. Wawancara-wawancara Inke merubah gaya dan cara wawancara di TVRI menjadi lebih tajam menyasar masalah, dan ritmenya menjadi lebih cepat.
Pengalaman 20 tahun lebih sebagai jurnalis radio dan televisi sangat bermanfaat bagi Inke tatkala memasuki industri Public Relations. Kebutuhan konsultan di bidang Public Relations yang kala itu masih belum banyak dikenal, mendorongnya mendirikan Agency PR Inke Maris & Associates (IMA). Inke Maris juga termasuk salah satu pendiri Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) pada tahun 1987.
Di tengah kesibukannya mengelola Inke Maris & Associates, ia masih aktif mengabdikan diri di bidang sosial. Inke masih menyisihkan waktunya untuk aktif di bidang Pendidikan. Sejak 2007 Inke Maris juga aktif sebagai Sekjen Aliansi Selamatkan Pencipta Lagu Anak-anak Indonesia (ASA Indonesia), organisasi yang memperjuangkan diundangkannya Rancangan UU Tentang Pornografi menjadi UU tentang Pornografi 2008. Tujuanya melindungi masyarakat khususnya anak-anak bawah umur dari penyebaran pornografi melalui berbagai medium komunikasi.
Mengenai pendidikan keluarga, Inke Maris berpendapat “Hanya taqwa pada Allah, etika hidup jujur, dan ilmu yang menjadi bekal terbaik yang dapat diberikan dan dicontohkan orang tua kepada anak anaknya”.
Kini, tepat di malam tahun baru 2021 sang legenda sudah pergi, meninggalkan inspirasi dan semangat bagi insan PR di tanah air. Terimakasih atas semangat dan dedikasi pada industri PR di Indonesia, bu Inke Maris. Selamat beristirahat di sisi Allah SWT dengan tenang.
Jojo S. Nugroho, Ketua Umum APPRI (Rewrite dari Bio Tokoh.Id)