Skip to main content

Para pelaku industri jasa Public Relations (PR) sebaiknya mempercepat transformasi bisnis dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19. Caranya, dengan melakukan pemetaan ulang terhadap perubahan kebutuhan market. Hal ini mendesak untuk dilakukan agar perusahaan-perusahaan PR lokal dapat tetap menjaga bisnisnya dan bahkan tumbuh di saat krisis seperti saat ini.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) Jojo S. Nugroho menyampaikan hal tersebut saat webinar APPRI Connect: Dealing with Crisis for Service-Based Company, Rabu 3 Juni 2020. Meminjam filosofi permainan layang-layang, Jojo mengibaratkan kondisi pandemi ini serupa kondisi “mati angin.” “Ada yang tidak dapat kita kontrol dalam hidup ini, force majeur, seperti kondisi angin dan cuaca saat bermain layang-layang. “Kondisi mati angin seperti saat ini, kita harus bergerak, dan kolaborasi adalah kunci,” terang Jojo.

Untuk itu, perusahaan PR lokal perlu melakukan sejumlah inisiatif dan improvisasi untuk mencari “potensi angin” yang dapat terus membuat perusahaan terbang dengan baik, tidak hanya mengandalkan layanan yang mereka punya selama ini. “Penting bagi perusahaan PR lokal untuk mencari servis baru yang dibutuhkan klien pada masa new normal nanti,” tegasnya.

Sejumlah Peluang Baru bagi Industri PR Lokal

Hal senada disampaikan oleh Antonny Liem, CEO MCM Group, yang juga menjadi pembicara utama pada webinar tersebut. Antonny memandang perusahaan PR lokal perlu memandang situasi ini sebagai kesempatan untuk meraih peluang pertumbuhan dalam era tatanan baru ini. “Public relations industry, this is your time to shine. Tidak perlu shifting ke industri lain, justru jasa PR sedang punya celah,” tegasnya.

Antonny mencontohkan bahwa industri yang sedang hibernasi mungkin membutuhkan brand essence revamping. Ketika klien mengalami krisis, klien juga butuh ditemani dalam menghadapi perubahan yang terjadi, yakni terkait PHK dan Work from Home. Klien pun membutuhkan kampanye social-cause/brand purpose campaign atau CSR.

Kolaborasi sebagai Akselerator dalam Transformasi Bisnis

Kedua pembicara sepakat bahwa untuk menangkap berbagai peluang baru yang mungkin membutuhkan kompetensi lain, perusahaan PR lokal perlu mengoptimalkan kolaborasi dengan berbagai pihak. Pandemi memang merupakan sebuah kondisi force majeur. Namun, selain pandemi, kita tidak dapat memungkiri bahwa dunia memang tengah memasuki era disrupsi. Maka, perubahan eksplorasi servis adalah sebuah keniscayaan. Misalnya servis media relations. Media relationsdiyakini masih akan tetap relevan, namun akan membutuhkan banyak penyesuaian. Mulai dari moda, metode, strategi, hingga pengguna dari servis tersebut. Bisnis perlu bertransformasi, dan transformasi tersebut perlu dimotori oleh kolaborasi.

Agar dapat berkolaborasi dengan baik, secara khusus Jojo menyampaikan bahwa penting untuk melakukan pemetaan terhadap kekuatan para konsultan kehumasan. APPRI saat ini terus melakukan pemetaan kembali terhadap spesialisasi para anggotanya dan mendorong kolaborasi dengan mengedepankan kode etik yang disepakati bersama, sehingga berbagai peluang dapat dioptimalkan dengan baik.

APPRI menggagas APPRI Connect sebagai salah satu sarana untuk mendorong kolaborasi APPRI dan para anggota dengan berbagai stakeholder-nya, selain juga untuk meningkatkan kualitas anggota dan mendorong perubahan sosial pada isu-isu yang relevan. Semua ini diharapkan dapat membuat APPRI dan para anggotanya dapat terus bersinar dan berkontribusi positif terhadap kemajuan industri komunikasi dan PR nasional.

APPRI, sebagai satu-satunya asosiasi perusahaan public relations yang beranggotakan perusahaan-perusahaan PR lokal memang selalu berkomitmen untuk mengembangkan industri PR Tanah Air. Didirikan oleh para founders yang merupakan praktisi-praktisi PR senior sejak tahun 1987, kiprah APPRI dalam menaungi perusahaan-perusahaan lokal agar memiliki daya saing yang setara dengan level global dirasa semakin relevan di era pandemi ini.